Matematika dan Cinta

Dokumen Pribadi

Entah berapa ratus tahun ilmu matematika ini ada. Selama itu pula matematika tampak seperti sulit ditaklukan. Betapa seringnya keluhan terdengar saat belajar matematika. Tentang guru matematika yang ganas, rumus yang njelimet, matematika yang tak ada gunanya, kurikulum yang tak cocok, dan alasan lainnya. Tenang, para ahli selalu berinovasi sepenuh hati agar matematika bisa menyenangkan. Sekarang tarik napas dan hembuskan perlahan. Yuk, Ngobrol matematika dari sudut pandang cinta dulu.


“Apakah saya membenci matematika?”
Jika jawabannya “ya”, maka berhenti membaca tulisan ini. Jangan dilanjutkan!
Bagi orang yang membenci, tak peduli sebaik apapun, semenarik apapun, ia tak akan suka. Jika sudah membencinya, matematika akan selalu buruk di matamu.

Jikalau perasaanmu terhadap matematika ”biasa saja” atau mungkin “ Gak terlalu suka sih”, tetapi ada sedikit saja rasa mau belajar matematika, artinya masih punya harapan.

Jika matematika terasa sangat sulit, ada yang lebih sulit dari matematika. Mengutip kalimat dalam Novel Guru Aini: Matematika ibarat jarum di dalam jerami. Sulit ditemukan. Namun, jarum dalam jerami lebih mudah ditemukan daripada cinta sejati. (Andrea Hirata). Setuju gak kalau cinta sejati lebih susah daripada matematika? Hmm...

Jangan terburu-buru bahas cinta, udah kenalan belum?
“Sudahkah saya mengenal matematika?”
Ehem, ingat bagaimana rasanya jatuh cinta?  Senyum-senyum sendiri Cuma karena lihat fotonya di media sosial. Jantung berdetak karena gugup saat mau berpapasan.  Salah tingkah saat teman berteriak “ciyee”. Tiba-tiba jadi semangat 45 di depan kelas hanya karena dia tersenyum. Tuh kan, jadi senyum-senyum sendiri. 
Sumber: doktersehat.com


Mengapa perasaan cinta itu bisa tumbuh?  Karena penampilannya, senyumnya, kebaikan hatinya, kelembutannya, cerdasnya, jago olahraga, dan segudang alasan lainnya. Apapun alasannya,  perasaan cinta akan terus bertambah seiring waktu dan semakin menggebu-gebu jika mengenal lebih dalam tentangnya. Begitu pun matematika,  sediakan ruang di hati untuk mengenal matematika lebih dalam, memahaminya, maka cinta itu akan bersemi.

Kenapa pelajaran matematika ini selalu ada sejak SD, SMP, SMA, bahkan kuliah? Bertemu matematika  setiap hari adalah cara Tuhan untuk menyampaikan bahwa matematika amat sangat penting dalam kehidupan. Matematika  adalah salah satu yang memengaruhi kinerja otak untuk berpikir logis dan membantu kita dalam megambil keputusan. Jadi, gak melulu tentang rumus-rumus ajaib. 

Sebenarnya, matematika sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sedang berbelanja, kamu bisa memutuskan membeli barang dengan diskon 50% atau 40%. Hal-hal sederhana itu juga berarti ber-matematika. 
sumber: tribunjualbeli.com

Sering juga ada kejadian penipuan seperti ini: Tiba-tiba seseorang menelpon memberi kabar bahwa saudara yang sedang kuliah di luar kota kecelakaan, sedang di rumah sakit, lalu penelpon minta ditransfer sejumlah uang agar cepat diobati. Jangan langsung panik, menangis apalagi langsung mentransfer uang! Bersikap tenang, mengumpulkan data akurat, tanya detail dengan penelpon, jangan lupa hubungi saudara yang jadi korban, siapa tahu dia lagi rebahan di kos. Dari fakta-fakta itu bisa disimpulkan, ini penipuan atau bukan. Nah, sikap demikian juga bagian matematika.

Matematika juga hadir untuk menjadi satu solusi dari permasalahan manusia. Caranya? Bersinergi dengan ilmu lainnya. Selama di sekolah pun, kemampuan matematika ini akan menunjang pembelajaran fisika, kimia, ekonomi, dll.
Saat ini, permasalahan yang sedang kita hadapi adalah penyebaran Virus Corona (Covid-19). Para ilmuwan melakukan pengamatan baik dari dalam Indonesia dan negara-negara lain sehingga ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi penularan virus ini. Nah,  dugaan hubungan antar faktor-faktor tersebut ditulis menjadi simbol-simbol matematika sehingga membentuk suatu persamaan. Proses yang sedang dilakukan disebut pemodelan matematika yang dapat memberikan gambaran penyebaran dan memprediksi kapan berakhir. 
Peneliti dari ITB dengan model matematikanya memprediksi puncak virus Corona di Indonesia terjadi akhir bulan maret dan akan berakhir di bulan April. Dengan catatan: Hal ini terjadi jika kita disiplin dalam menerapkan aturan pemerintah seperti social distancing, karantina, dan menjaga kebersihan. Lebih jelasnya, pembahasan pemodelan matematika banyak berseliweran di internet. Satu hal yang bisa ditarik, matematika hadir untuk menyelesaikan masalah nyata.

Matematika berkolaborasi dengan fisika dan kimia, di tangan ilmuwan seperti Dr. Warsito Purwo Taruno berhasil diolah menjadi sebuah alat untuk membunuh sel kanker dengan nama ECCT (Electro Capacitive Cancer Therapy), lebih populer disebut jaket anti kanker. Memberi harapan daripada sekedar mengatakan, "Sakit kanker itu tak ada obatnya, tinggal menunggu hari."

Dalam bidang seni, matematika turut terlibat. Fakta tentang ada matematika dalam lukisan, misalnya. Bentuk matematika tidak hanya terpampang rumus di depan mata. Matematika lebih dari itu. 
Tujuan matematika tidak hanya mendapat nilai tinggi dalam menyelesaikan soal matematika. Proses belajar matematika juga penting agar dapat diterapkan dalam keseharian.

Cerita di atas baru segelintir kebaikan yang ada pada matematika. Sudah mulai tertarik?
Jika pintu hati belum terketuk juga, tak apa. Karena cinta tak perlu dipaksa. Tapi, tanggung sendiri akibat penolakan ini. Cinta ditolak, dukun bertindak.
Jika niat untuk mempelajari matematika sudah muncul, pepet terus. Perjuangkan sekuat tenaga.

Resiko mencintai ialah berkorban. Ngomong tentang pengorbanan begituan, pasti sudah paham. “Lalu, sudah pernah berkorban untuk matematika?”
Berapa kali bangkit setelah gagal mengerjakan soal matematika?
Berapa banyak tempat bertanya jika mulai tak mengerti matematika?
Berapa jam dalam sehari dihabiskan untuk belajar matematika?

Baiklah, kita ulang. Cinta itu butuh pengorbanan.  Jika dalam 5 kali mencoba masih tetap tak bertemu penyelesaian, coba lagi hingga puluhan kali. Bila berguru pada satu orang tak berhasil, datangi guru yang lain sampai ketemu metode yang pas. Jangan menyerah jika kena marah, maju terus pantang mundur! Ganti kegiatan buka instagram dengan utak-atik matematika, bahkan tidur dan bermimpilah tentang matematika.

Jangan terburu-buru menyebut “Aku tak pandai matematika” atau “matematika itu sulit sekali” sebelum berjuang sekuat tenaga. Entah kelak dengan kemampuan matematika bisa menyelamatkan dunia atau minimal menyelamatkan diri sendiri. Percuma membenci matematika, karena ia tetap hadir meski kamu tak menyukainya sampai mati. Jadi, untuk apa ditolak. Terimalah dan belajar mencintainya sepenuh hati.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandung Rindu

Cerpen: Kebetulan

Seleksi Adminitrasi LPDP, Hanya Dokumen Tapi Ribet?