Seleksi Adminitrasi LPDP, Hanya Dokumen Tapi Ribet?

   Beasiswa LPDP tentu cukup familiar di telinga mahasiswa atau alumni yang berniat melanjutkan studi dengan beasiswa. Setiap periode juga banyak sekali yang menjadi penerima beasiswa ini. Banyak juga orang hanya berminat, tetapi tak jadi daftar karena tahap administrasi yang lumayan banyak. “Susah, ribet, dan belum tentu lulus”, begitulah bunyinya. Ya benar sekali. Tapi Honey, yang daftar aja belum tentu lulus, apalagi yang gak daftar sama sekali. Tak ada peluang lulus sama sekali.

Kalau urusan administrasi ini terasa berat, sini aku bantuin urai satu per satu, Sayy.

Sebelum berpanjang lebar, kamu bisa centang checklist yang ada pada dirimu.



 Gerbang awal yang harus kita lalui adalah membuat akun di https://beasiswalpdp.kemenkeu.go.id/ Proses pembuatan akun ini memerlukan email, file foto, dan KTP. Untuk email, disarankan untuk membuat email khusus, agar info dari pihak LPDP tidak tertimpa dengan email lain, apalagi email langganan/promosi/iklan yang rutin datang di email biasanya. Untuk email khusus ini gunakanlah yang domainnya gmail, karena jika nanti lulus sampai seleksi akhir, kita akan digabungkan dengan sebuah grup milist yang hanya bisa diakses melalui gmail. Proses pembuatan akun tidak terlalu lama. Nanti akan ada email dari pihak LPDP yang berisi password untuk login ke akun kita. Selamat gerbang awal telah dibuka!

   Langkah selanjutnya adalah mengisi formulir dalam akun tersebut. Cukup banyak yang harus diisi, harap sabar, teliti dan jangan malu bertanya. Aku pun beberapa kali menelpon CRM LPDP untuk menanyakan yang membingungkan, tentunya setelah berusaha mencari tahu lewat buku panduan dan pengalaman awarde sebelumnya. Jangan malas buat cari info, ya.
Bagian pertama, Informasi Data Diri. Isi data seperti gambar di bawah ini sesuai KTP dan ijazah.

Kemudian lengkapi bagian Informasi Keluarga seperti ini.
Untuk isian “pendapatan”, tuliskan angka ya. Untuk yang gajinya tidak sama setiap bulan bisa disesuaikan, ditulis besar gaji yang sering didapat selama kerja.

   Setelah itu, kita akan diarahkan untuk memilih jenis beasiswa yang diinginkan. Administrasi yang kusampaikan setelah ini adalah untuk jenis reguler. Setiap jenis beasiswa memiliki beberapa syarat tambahan tersendiri. Untuk beasiswa alumni Bidikmisi, diperlukan SK Bidikmisi S1. Jika mengambil beasiswa pra-sejahtera, maka siapkan Surat Keterangan Kurang Mampu dari desa/kelurahan, dan begitupun jenis lainnya punya syarat tersendiri. Ingat, teliti membaca panduan LPDP.

   Di tahap awal ini juga kita harus menentukan kapan rencana memulai perkuliahan. Baik bagi yang sudah mapun belum mendapatkan LoA (Letter of Accaptance) harus mengisi perkiraan waktunya. Lalu, kita juga diminta memilih 3 jurusan dan kampus tujuan. Kalau memang optimis pada 1 jurusan atau kampus, ketiga kolom itu boleh diisi dengan jurusan/kampus yang sama. Sekedar info nih, tahun 2019 kemarin LPDP menetapkan aturan “tidak boleh pindah jurusan/kampus”. Jadi, ilustrasinya seperti ini. Misalnya pilihanku jatuh pada  jurusan pendidikan matematika di UPI dan UNY. Setelah dinyatakan lolos beasiswa, ternyata  karena sesuatu dan lain hal, mau ganti kampus, pindah ke UM saja. Nah, kasus seperti ini tidak bisa. Kalau ternyata tak mendapat LoA dari Upi dan UNY, maka harus berlapang dada melepas beasiswa tersebut. Jadi, lebih baik pilih kampus yang memungkinkan bagi kita dan jangan hanya terpaku pada 1 pilihan.
Pemilihan kampus dan jurusan juga harus hati-hati. Cermati syarat pendaftaran di kampus tujuan. Nanti beasiswa sudah di tangan, tetapi LoA tidak dapat-dapat terhalang administrasi kampus. Contohnya, di salah satu pilihanku ada kampus UNY. Ternyata, salah satu syarat mendaftar pascasarjana di UNY adalah “berasal dari jurusan yang terakreditasi minimal B saat tahun kelulusan”. Kabar buruknya, jurusanku masih C saat aku lulus S1. Meskipun sekarang sudah terakreditasi B, tetap tidak bisa mendaftar. Aku baru tahu peraturan ini setelah dinyatakan mendapat beasiswa. Untungnya, aku memilih 3 kampus di awal tahap administrasi, sehingga aku masih punya kesempatan di 2 kampus lainnya. Itulah mengapa kusarankan mengisi ketiga pilihan jurusan/kampus secara berbeda.

   Bagian selanjutnya, Riwayat Pendidikan. Siapkan ijazah sejak SD hingga pendidikan terakhir. Poin yang harus diisi seperti gambar di bawah ini.
Nilai SD diisi dengan rata-rata nilai pelajaran yang diujikan saat UN. Hanya Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia. Di ijazahku tercantum seluruh nilai pelajaran, jadi aku menghitung sendiri rata-rata nilai 3 pelajaran itu. Untuk nilai SMP dan SMA, diisi jumlah nilai UN.

   Setelah riwayat pendidikan, selanjutnya ke Riwayat Pekerjaan. Kita akan mengisi nama institusi tempat bekerja, posisi, tahun masuk-keluar dan besar gaji yang didapat.

Baiklah, kita memasuki bagian formulir selanjutnya.
Salah satu tujuan adanya LPDP ini adalah mencetak pemimpin bangsa. Maka dari itu, pengalaman organisasi menjadi penting untuk melihat jiwa kepemimpinan pendaftar. Di bagian Pengalaman Organisasi, tuliskan peran kita selama ini di berbagai organisasi/komunitas. Tak mengapa jika hanya setingkat RT, itu tetaplah organisasi. Ingat-ingat juga kapan kita mulai bergabung dan apa posisi kita di dalamnya.

   Ada juga bagian Prestasi. Makna prestasi memang luas dan setiap orang berbeda, jadi pilah-pilih prestasi yang mau dicantumkan. Kalau prestasi “Lomba makan kerupuk 17 Agustus” sepertinya kurang patut dimasukkan. Hehe.. Aku memilih prestasi yang bersifat akademik, sesuai dengan jurusan kuliah. Bagiku, hal ini akan menggambarkan bahwa kita memang cocok dan siap di jurusan yang akan dipilih. Itu hanya strategiku saja. Boleh-boleh saja memasukkan kompetisi menyanyi atau bulu tangkis meskipun berasal dari jurusan Matematika.

   Perihal organisasi dan prestasi ini jangan minder melihat orang lain begitu banyak yang ditulis, sedangkan kita hanya satu satu.Tak apa. Terpenting adalah kita memiliki kontribusi dan potensi untuk maju.

   Tak ketinggalan, syarat kemampuan bahasa asing. Jika mau studi di dalam negeri, siapkan sertifikat TOEFl/IELTS. Namun, untuk keluar negeri disesuaikan dengan bahasa yang digunakan di sana. Misalnya negara berbahasa Inggris, siapkan TOEFL/IELTS juga. Lain hal jika mau ke negara berbahasa Jerman, siapkan sertifikat yang mengukur kemampuan bahasa Jerman. Ada skor minimal yang harus dipenuhi sesuai dengan jenis beasiswa yang dipilih di awal. Aku berniat lanjut studi S2 di dalam negeri dengan jalur reguler, maka skor TOEFL minimal 500. Nilai itu bukan didapatkan tiba-tiba. Aku paling sebal kalau ada yang bertanya dimana bisa menembak skor TOEFL. Sungguh, itu menyakitkan hati orang-orang yang belajar TOEFL dengan serius. Persiapan TOEFL bisa dengan kursus, belajar bersama teman atau otodidak. Jangan langsung berkata, “Sudahlah nyerah aja, aku tak bisa Bahasa Inggris!” Kalau kamu memang mau berjuang dengan sabar, Insya Allah bisa, kok. Oh iya, untuk sekali tes TOEFL ITP dibutuhkan dana Rp500.000,- (ini tes tahun 2018, tergantung kurs dollar). Hasil Tes nya tidak keluar secara langsung ya, butuh waktu sekitar 2 minggu. Jadi, perhatikan kapan batas akhir pendaftaran beasiswa. Jangan sampai tak jadi daftar karena belum dapat sertifikat TOEFL.

   Oh iya, pengalaman pelatihan,seminar, konferensi, riset, publikasi karya ilmiah dan perhargaan akan sangat berharga dalam proses seleksi beasiswa ini. Baiknya siapak sertifikat atau dokumen pendukung yang tertera informasi pelaksanaannya. Untuk pengalaman pelatihan, diminta untuk menuliskan jenis pelatihan, penyelenggara, bahkan tanggal pelaksanaan. Kemudian di pengalaman riset, tulis judul dan tahun riset dilakukan, serta sumber dana. Penelitian saat skripsi juga boleh dimasukkan di bagian ini. Nah, hasil penelitian skripsi itu jangan lupa dipublikasi, ya. Karena selanjutnya harus menuliskan karya ilmiah yang telah dipublikasi dan harus jelas penerbit/jurnal/medianya apa. Di bagian ini aku mengisi dengan makalah prosiding. Aku memang belum mempublikasi hasil penelitian skripsiku, tetapi aku dulu pernah melakukan penelitian untuk suatu perlombaan. Nah, sekalian kuikutkan prosiding, karena saat kuliah aku sudah ancang-ancang untuk cari beasiswa S2. Lalu, pegalaman ikut konferensi dan seminar juga tak akan sia-sia, meskipun hanya sebagai peserta. Kolom selanjutnya adalah perghargaan, silahkan deskripsikan jika pernah menerima penghargaan apapun dalam bentuk apapun. Dari sudut pandangku, poin-poin ini penting untuk meyakinkan pemberi besasiswa bahwa kita memang layak. Mengapa? Karena saat studi lanjut, hal-hal semacam ini akan menjadi makanan sehari-hari. Oleh karena itu, jika saat membaca ini kamu belum memiliki satupun pengalaman itu, silahkan lakukan tindakan secepat mungkin.

   Terakhir, Unduh Dokumen. Siapkan berkas dan sesuaikan dengan format yang diminta. Tipe dokumen, apakah PDF atau JPG. Pastikan juga maksimal ukuran dokumennya. Untuk memperbesar atau memperkecil  dokumen bisa dilakukan online, cek google untuk cara-caranya. Apa saja dokumennya?

Jeng..Jeng..Jeng... 🎶 🎶 🎶 (anggap ada musik pengiring)

Siapkan berkas yang telah dipindai (scan):
  1. Ijazah dan transkrip nilai S1 (asli atau legalisir)
  2. Sertifikat Bahasa Asing
  3. Surat pernyataan (pakai materi, format dari LPDP)
  4. Surat izin (bagi yang bekerja di instansi, format dari LPDP)
  5. Surat Rekomendasi (format dari LPDP)
  6.  KTP
  7.  Surat keterangan Berbadan Sehat
  8. Surat keterangan bebas narkoba
  9. LoA (Jika ada)
  10.  Rencana Studi
  11.  Proposal Studi
Catatan:
  • Surat rekomendasi boleh dari siapa saja yang mengenal kita dengan baik dan mampu membantu menujukkan bahwa kita memang layak menjadi penerima beasiswa. Tak ada ketentan dari siapa. Boleh Ketua RT, Kepala Desa, Dosen Pembimbing, Dekan, Rektor, Pimpinan tempat kita bekerja, tokoh masyarakat.
  • Surat keterangan berbadan sehat dan bebas narkoba bisa didapatkan di rumah sakit atau klinik setelah dilakukan pemeriksaan dan membayar biaya tentunya.
  • Rencana Studi berisi tentang perencanaan kuliah secara detail. Kampus, jurusan, bahkan mata kuliah yang akan diambil. Selain itu juga gambaran tesis secara singkat juga ditulis, ditambah kegiatan non-akademik yang akan diikuti saat kuliah kelak.
  • Proposal Studi memaparkan alasan mengapa kita harus S2 di jurusan dan kampus tujuan. Di proposal ini juga harus diuraikan kontribusi apa yang akan kita berikan setelah mendapatkan beasiswa ini. Poin-poin tersebut haruslah nyambung, berkaitan satu sama lain.


Kembali mengingatkan, tetap baca panduan saat pendaftaran dibuka. Perubahan aturan bisa saja terjadi. Tulisan ini hanya membantu untuk menyiapkan diri jika berminat dengan beasiswa LPDP.

   Dari uraianku di atas, rupanya panjang sekali tulisan ini. Memang demikian, proses mendapatkan beasiswa ini sungguh panjang, kawan-kawan. Tahap administrasi ini baru langkah awal. Masih ada tahap seleksi SBK (Seleksi Berbasis Komputer) dan wawancara. Meski perjuangan masih panjang, langkah awal harus tetap diambil. Bukankah “Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah” (Lao Tzu)?

Jika ada pertanyaan, silahkan di kolom komentar, email atau media sosial yang lain. (Budaya sopan tetap harus dijaga, ya)
Penjelasan tahap SBK dan wawancara akan ditulis kemudian.

Baca juga:



                                                                                             

Komentar

  1. Keren Roona

    Btw maaf Rona sdh dpt bea LPDP ny blm y?

    Aku alumni UIN jg diatasmu, rasanya niat untuk melanjutkan study ini redup apalagi belum ada sertifikat bahasa asing hhhee
    Jd blm trllu ngoyo

    Btw semangat buat Rona, smg sukses sllu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mbak.. senang sekali ada alumni se-almamater 😍

      Alhamdulillah, rhona sudah dapat beasiswa LPDPnya mbak.

      Hayoo mbak, lanjutkan niat baiknya. Kalau ada yang bingung2, nanti dibantu 😊

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandung Rindu

Cerpen: Kebetulan