Hafidz Indonesia


Hafidz Quran bukan hal yang asing lagi di telingaku, hampir setiap umat muslim di seluruh jagat raya ini sangat mengagungkan para hafidz dan hafidzah ini. Di bulan Ramadhan penuh berkah ini stasiun TV swasta RCTI menayangkan sebuah program yang sangat inspiratif yakni Hafidz Indonesia. Subhanallah.. Di antara sinetron cinta-cintaan yang sangat tidak mendidik, di antara kompetisi yang beraneka ragam,  di antara hiruk pikuk pilpres dan di antara suka citanya menyambut perhelatan akbar sepak bola dalam memperebutkan piala dunia, Hafidz Indonesia hadir menyejukkan Ramadhan tahun ini. Para peserta yang masih kecil ini sanggup membuat ribuan bahkan jutaan penonton meneteskan air mata karena terharu.

 Air mata ini tak urung berbinar kala mengingat Abiw yang masih berumur 3,5 tahun itu memukau dengan hapalan ayat sucinya.
Di usia yang begitu belia Abiw dengan merdu menyenandungkan Kalam Illahi. Subhanallah.. begitupun Adi yang berumur 4 tahun menyajikan hapalan ayat Al-Qurannya di atas panggung RCTI dengan tingkah khas kekanak-kanakannya. Bagaimanapun mereka tetap anak-anak yang masih sangat suka bermain, di panggung sekalipun. Dan dari ranah Jambi ada Aza dengan iramanya yang melenakan turut melelehkan hati pemirsah. Tak ingin rasanya menghentikan ia mengaji. Sang ayah pun mengatakan suara lantunan Aza mengaji adalah obat kala ia sakit. Indah sekali, bukan ? ah... seandainya.. lamunku melayang. Tampak bahwamengajarkan Al-Quran sejak dini itu sangat penting. Mungkin banayk yang berpendapat, wajar.. mereka anak para ulama atau kiyai. Maklumlah.. Heiii.. tunggu dulu, coba lihat Fuadi, orang tuanya pun orang biasa dan bukan orang berada. Sang ayah hanya seorang buruh bangunan, bukan ULAMA. Ibunya pun pembantu rumah tangga. Tapi kalimat dimana ada kemauan di situ ada jalan sangat benar adanya. Dengan bimbingan seorang guru di TPA dia dapat menghapal dan mendapat juara ketiga di ajang Hafidz Indonesia ini. Subhanallah.. bahkan yang semakin membuat kita sebagai muslim malu adalah Febri. Ia dan Ibunya baru masuk Islam beberapa tahun yang lalu, tapi Ibunya sudah mampu menjadikan buah hatinya ini penghapal Al-Quran. Nah.. kita yang memang memeluk Islam sejak lahir ini pantas merasa malu. Jangankan menghapal Al-Quran, membacanya dengan benar saja tak sanggup. Astagfirullah..

Kisah mengagumkan juga hadir melalui Rasyid dan Musa. Rasyid dengan irama mengajinya seperti Imam Besar di Masjidil Haram yang aduhai sehingga ia berhasil memukau siapa saja yang mendengarkan, layak sekali ia mendapat gelar Syeikh itu. Subhanallah.. Dan kudengar ia sudah menyebut “Allah” saat berusia 6 bulan. ALLAHU AKBAR !! dan tak kalah menginspirasi adalah Musa, berumur 5,5 tahun, tapi hapalannya sudah 29 JUZ ! ALLAHU AKBAR !! tinggal 2 surah lagi genap 30 juz. Bukan itu saja, ia juga pernah mengharumkan nama Indoesia di ajang Hafidzul Quran Internasional dengan nilai MUMTAZ. Subhanallah... 
 

Anak-anak hebat ini mungkin tidak mengerti arti sebuah kompetisi. Bukan gelar juara 1 dan jutaan hadiah  yang mereka kejar. Yang mereka tahu seorang penghapal Al-Quran akan sangat bernilai di sisi Allah. Apresiasi tertinggi kepada para orang tua dan guru mereka yang telah berhasil mendidik anak-anak ini serta pada pihak penyelenggara. Aku yakin banyak sekali yang terinspirasi dan memulai menghapal Al-Quran. Ini sebuah perubahan yang sangat baik untuk Indonesia. semoga pemimpin negeri ini kelak adalah para penghapal Al-Quran. Indah sekali masa itu kubayangkan. TAKBIR !!! ALLAHU AKBAR !!!



Baturaja, 27 Ramadhan 1435 H

16:59 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandung Rindu

Cerpen: Kebetulan

Seleksi Adminitrasi LPDP, Hanya Dokumen Tapi Ribet?