RATU DISKON

Jum’at, 9 Januari 2015

Sumber: Google
     Huuaaaahhhh.... Hari ini UAS menguras otak. Analisis riil dan geometri transformasi yang cukup membuat kepala ini menyut-menyut. Namun, ada keriangan tersendiri bagi kelas kami. Ini UAS TERAKHIR di semester ini, guysssss... !!! Senangnya... Liburan di depan mata. Okay, saya pulang ke kosan dengan kelegaan meskipun kepala terasa sedikit sakit. Setibanya di kamar tercinta teman kosan minta ditemani ke salah satu mall di Palembang. Saya bukan orang yang doyan pergi ke mall dan shopping, tapi karena  teman meminta dengan sangat dan saya pikir ujian telah berakhir, apa salahnya mengabulkan hal itu. Dengan modal motor bapak kos kami meluncur ke mall tersebut.
     Sesuai yang direncanakan, kami naik ke lantai 4 karena tujuannya membeli alas kaki (read: sandal dan sepatu). Di awal tahun 2015 ini masih banyak diskon yang menggiurkan. Kami menyusuri setiap produk mencari yang ngena di hati. Akhirnya teman saya menjatuhkan pilihan pada sepatu yang harganya Rp 239.900,- dan di-DISKON 75%. Jadi harganya sekitar Rp 85.000 AJA, Pemirsa ! Wow..!





Tapi inilah trik pemasaran. Karena merasa untung dengan harga segitu, kita jadi pengen beli yang lain lagi. Setelah berkeliling akhirnya dapat sepasang sepatu lagi dengan harga yang sama. Okay, kita ke kasir. Kasirnya ramah sekali, segala macam produk ditawarkan. Saya tidak tertarik pada tawaranya, tapi tertarik pada caranya berbicara. Bagaimana orang dengan profesi seperti ni (SPG, SPB, dll) mempelajari gaya berbicara cepat yang menggiurkan telingan konsumen. Setelah dihitung, teman saya bertanya, “Mas, gak dapat kupon lima puluh ribu itu ya?” Si Mas-nya menjawab, “Kalau belanjanya minimal 150 ribu rupiah, baru bisa dapat bonus kupon lima puluh ribu, Mbak.” Lalu teman saya bertanya lagi, “Kalau ngambil satu lagi sekarang bisa gak, Mas?” Saya mikir, wah.. pengejar diskon nih. He..he.. Mas itu terlihat menimbang karena belanjaan teman saya sudah ditotal di bagian mesin kasirnya dan ia menjawab, “Kalau mau mengambil sekarang, ditunggu.” Dan teman saya langsung menarik saya. Apa ? Demi bonus kupon itu ia rela menambah lagi. Masih dengan rasa tidak percaya saya menemaninya memilih lagi. Namun, terasa susah memilih saat mepet seperti itu dan akhirnya si Mas tadi memanggil, “Mbak, jadi gak ? Soalnya ada yang mau bayar di kasir.” Dan teman saya memutuskan gak jadi. Well...
      Ketika akan keluar, dia melihat sandal dengan label harga Rp 59.000,- dari harga asli ratusan ribu juga. Sontak dia langsung tertarik, tapi dia tidak mau beli sepatu yang lain juga biar dapat bonus struk lima puluh ribu itu. Oalaaaa... masih mengejar bonus itu tah ? Singkat cerita, teman saya membeli sepasang sepatu dan sandal yang totalnya lebih dari 150 ribu dan mendapat bonus kupon yang diidamkannya. TAPI.... kupon itu hanya berlaku HARI ITU JUGA ! kalau enggak dipake, sayang. Kalaupun dipake, otomatis harus mengeluarkan uang tambahan, karena gak ada produk yang harganya lima puluh ribu ke bawah. Oh inilah namanya TRIK. Ada mbak-mbak pelayan di sana yang bilang, ini berlaku untuk semua produk yang berlabel biru di semua lantai. Alhasil, saya harus mengikuti langkah teman saya mencari yang diinginkannya sampai naik-turun lantai 2, 3 dan 4 berkali-kali karena terus berubah pikiran dan bingung mau beli apa. Dan kesimpulannya, TIDAK BELI APAPUN. Ohh... Bagus sekali, Pemirsa !


Sumber: Google








       Dari perjalanan hari ini saya mendapat pelajaran tentang wanita, belanja dan diskon. Wanita paling gak tahan dengan diskon, merasa sangat diuntungkan. Tapi ini sesungguhnya trik pemasaran. Kalau sudah sampai di sana, sayang kalau cuma berbelanja hanya satu dan kita beli lagi yang lain. Udah dapat untung nih penjual. Selain itu, sering dengar isu yang beredar, kalau barang yang didiskon itu, dinaikkan dulu harganya baru didiskon. Jadi hitungannya itu mah jadi harga asli. Tapi, ini hanya isu loh! Belum tahu kebenarannya. Yah, setidaknya dari pengalaman ini, kita jangan jadi ratu diskon ya, sampai gelap mata. Ha.. ha...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandung Rindu

Cerpen: Kebetulan

Seleksi Adminitrasi LPDP, Hanya Dokumen Tapi Ribet?