Surat Permohonan: Sri Wahyuni, Sahabat Dalam Mimpi

Surat Permohonan Kepada Tuhanku, yang mencintai hamba-Nya tanpa syarat

Duhai Allah, Sang Pemilik Takdir
Takdir-Mu selalu baik. Salah satunya, mengenal dia. Tak pernah terbayangkan sebelumnya kami akan melukiskan kisah bersama. 


-Sri Wahyuni-
Engkau akrabkan nama tersebut di telingaku bertahun-tahun sudah.  Namun, aku baru mengenal sosok ini seutuhnya belasan bulan yang lalu.

Ya Allah, Yang Maha Mendengarkan,
Engkau lebihkan kesediaan mendengar pada bidadari beransel-Mu yang satu ini.
-Sri Wahyuni-
Sederhana saja penampilannya. Pendiam.  Bertahan tanpa kata kalau tak ada yang memulai. Kami tampak sangat berlawanan.
Allah kirimkan Sahabat yang sudi menyediakan telinganya untuk mendengar celotehku, keluh-kesahku bahkan kalimat puitisku yang tak penting.

 

 Ya Rabb Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Engkau pertemukan aku dengan wanita yang lembut hatinya.
Sahabat yang dengan ikhlas menerima berbagai paksaanku. Entah berapa kali penyuka bunga baby breath ini kuhasut untuk mengikuti berbagai lomba dan kegiatan lainnya. Februari 2015, aku memaksanya mengikuti lomba esai matematika dari Universitas Negeri Medan yang batas waktunya tinggal menghitung hari. Wanita ini pasrah. Lalu, Engkau izinkan kami melintasi awan bersama menuju negeri yang terkenal dengan Danau Tobanya itu. Suka, duka, kengerian, kekonyolan kami lalui bersama. Masih jelas di benakku kami tertawa riang bersama, memuji-muji kebesaran-Mu di hadapan Danau Toba dan beruraian air mata saling menguatkan saat terjadi tragedi itu. 


Ya Allah Yang Menyukai Kebaikan,

Pada wanita yang pipinya cepat bersemu merah ini, Engkau anugerahkan hati yang sangat baik. Sungguh....
 Kuhela napas membayangkan sosok satu ini berlelah-lelah menemaniku mencari dana untuk keberangkatanku ke Kalimantan. Yah, keberangkatan-ku bukan keberangkatan kami.    Mengusahakan yang terbaik untukku. Sahabat yang bersusah payah mencari jurnal untukku agar aku segera mengajukan "judul skripsi". Sahabat yang rela berbagi bekal makan siangnya denganku. Sahabat yang senantiasa mendoakan kala kuberjuang di saat perjuangannya harus terhenti.

Ya Tuhan Yang Maha Menetapkan,
18 Desember 1994. Melalui rahim seorang ibu, Engkau lahirkan ia ke dunia tanpa tahu kelak akan bersua denganku. Menjadi sahabat dalam mimpiku.
Berkali-kali kuucapkan  mimpi-mimpi "gila" padanya hingga ia pun berani menyuarakan mimpi-mimpinya pula. Dengan kuasa-Mu pula Engkau tetapkan kami menjadi sahabat dalam (meraih) mimpi. 
Seperti mimpi yang kuutarakan di suatu petang saat hujan mengiringi langkah kami menuju masjid: "Suatu hari kita akan menikmati hujan di negera yang berbeda". Jelang beberapa bulan kemudian, Engkau ulang kisah manis itu tepat di Masjid Rumah Merah, Melaka, Malaysia. Di depan surau Negeri Jiran itu kami berlari kecil sambil mengenang kalimat yang disebut mimpi di bawah serbuan hujan. Manis sekali...


 

21 tahun kini usianya.
Tak ada lilin-lilin lucu  atau balon-balon cantik yang bisa kuberikan. Hanya do'a-do'a terbaik yang kutiupkan dan kuterbangkan pada-Mu.
"Untuk gadis yang lembut hatinya. Semoga Allah senantiasa menjaga sahabatku ini dengan rahmat-Nya."
Kupejamkan mata ini dan kubayangkan ia sedang melakukan hobinya -menggambar- dalam dekapan indahnya musim semi Korea. Aku juga menginginkannya menulis surat untukku di depan tembok Berlin yang gagah itu. Semoga Engkau mengistiqomahkan kami untuk selalu berada dalam jalan kebaikan."


Ya Allah, Yang Jiwaku ada pada-Mu,
Segala puji bagi-Mu yang telah mempertemukan kami dalam kebaikan. Melalui hembusan angin aku memohon agar Engkau tetapkan kami menjadi sahabat dalam (meraih) mimpi
Mimpi untuk menjadi muslimah solehah. Mimpi untuk menjadi kebanggaan orangtua. Mimpi untuk bisa menebar manfaat bagi orang di sekitar. Mimpi untuk menginjakkan kaki di berbagai belahan bumi-Mu yang lain. Mimpi untuk tertawa bersama para penghuni di surga-Mu kelak. Aamiiin ya Rabb....

Demikianlah surat permohonan ini kusampaikan pada-Mu ya Allah, Sang Pemilik Takdir.
 

Jiwa yang jauh dari kata baik,
Rhona Febriany Sary









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandung Rindu

Cerpen: Kebetulan

Seleksi Adminitrasi LPDP, Hanya Dokumen Tapi Ribet?