PUTRI Vs ARAI, Sang Pemimpi




Cerita apa yang paling memotivasimu? Kisah apa yang menginspirasimu?

Kau tahu tentang Arai? Tokoh dalam novel Sang Pemimpi dan Edensor. Kisah hidupnya dalam novel mampu meletupkan semangat anak dusun ini. Menguatkan diri yang pernah merasa terbuang sendiri. Menuntunku untuk berani bermimpi tinnggi. Terlebih-lebih aku pernah mengabadikan Arai sebagai motivatorku dalam buku antalogi  berjudul “Aku dan Buku”.

Lalu, kau tahu? Akhirnya aku menemukan Arai dalam kehidupan nyataku. Aku menyapanya, tertawa bersamanya, bertular semangat padanya. Yah, aku menemukan jiwa Arai di dalam diri sahabatku, Putri Alawiyah. Seorang wanita yang perjuangannya membuatku bersemangat.


Namanya Putri. Namun, kehidupannya jauh dari kehidupan putri-putri kerajaan. Seusai SMA, ia harus benar-benar berjuang membantu perekonomian keluarga. Pasca ditinggal sang ayah sejak SMP, hanya seorang ibu yang menghidupi mereka. Lantas, ia mengambil keputusan untuk bekerja sana-sini hingga pernah jadi penjaga kios telpon selular. Mirip kan dengan semangat Arai? Anak yatim piatu miskin yang untuk biaya sekolah harus bekerja keras sampai jadi tukang cuci piring.

Bila Arai menjadi siswa berprestasi di sekolah Manggar-nya, maka Putri menjadi mahasiswa terbaik di kampusnya. Deretan prestasinya kadang membuatku gugup. Bukan karena jumlahnya yang banyak saja. Karena prestasi itu diraih di saat bersamaan dengan ia harus bekerja sebagai staf, mengajar les, rutin kuliah dengan nilai memuaskan, membantu ibu menyiapkan dagangan sejak dini hari, bisnis dan kegiatan sosialnya. Baiklah, mungkin ia manusia setengah super.
Putri dan prestasinya

Putri dan kegiatan sosialnya

Pada hidup Arai kutemukan cerita begini, setelah tamat kuliah ia mendapat pekerjaan pelayan fotokopi. Padahal kemampuannya bisa lebih dari itu, lalu ia memutuskan meningglkan pekerjaannya dengan nekat karena tanpa kepastian di depan. Pun demikian dengan si Putri. Ia menjadi staf di sebuah SMA. Pekerjaan yang baik, tetapi aku sangat yakin bahwa kompetensinya melebihi dari itu. Maka dengan keberanian luar biasa, ia memutuskan untuk mengundurkan diri, sedangkan tak ada pekerjaan pasti yang menunggunya. Lalu, apa latar belakang keberanian kedua tokoh ini?
Mereka punya mimpi yang sama, MENGINJAKKAN KAKI DI LUAR NEGERI.

Di akhir kisah Arai kubaca Arai akhirnya kuliah di Sorbonne, Prancis dan berkeliling dunia. Pada cerita Putri, belum kutemui akhirnya. Yang kutahu, ia sedang menimba ilmu di Kampung Inggris, Pare, Kediri dengan menguras uang tabungannya. Semoga Allah meggoreskan takdirnya sama dengan akhir kisah Arai.

Bagiku, Putri Alawiyah adalah Arai dalam dunia nyataku. Langkah beraninya melecut semangatku. Teruslah melangkah, Put.
Kita lakukan yang terbaik, Allah yang akan tentukan akhirnya.

Terus melangkah di jalan Allah. Mudah bagi Allah meletakkan hamba-Nya di benua mana saja. Hanya saja Allah ingin melihat perjuangan hamba-Nya.
Jangan pernah takut, karena Allah selalu bersama kita!

Palembang 2017, di hari ulang tahunmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandung Rindu

Cerpen: Kebetulan

Seleksi Adminitrasi LPDP, Hanya Dokumen Tapi Ribet?